Featured Post

Recommended

Gratis 4 Tahun Domain My.ID (TERBATAS...!!!)

Selamat malam sobat, nah kali ini saya akan berbagi tips bagaimana cara mendapatkan domain MY.ID gratis selama 4Tahun. lumayan kan? apalagi ...

Sunday, October 18, 2020

Gratis 4 Tahun Domain My.ID (TERBATAS...!!!)

Gratis 4 Tahun Domain My.ID (TERBATAS...!!!)

Selamat malam sobat, nah kali ini saya akan berbagi tips bagaimana cara mendapatkan domain MY.ID gratis selama 4Tahun. lumayan kan? apalagi kini domain MY.ID bisa diterima oleh Google Adsense. nah bagaimana tatcara daftaranya? silahkan simak tutorial berikut :

Silahkan anda buka link berikut : masterweb.com kemudian silahkan anda daftarkan diri anda pada situs tersebut. nah otomatis anda akan mendapatkan saldo Rp. 50.000,00 , Nah dengan saldo tersebut anda dapat membelanjakan domain MY.ID selama 4 tahun.
 
Kalkulasi:
Harga domain My.Id di masterweb adalah Rp. 10.000 / Tahun
PPN 10%
4th domain my.id = 4 x Rp.10.000 = Rp. 40.000
PPn 10% = Rp. 4.000
Total = Rp. 44.000
Rp. 50.000 - Rp. 44.000 = Rp. 6.000 (Sisa saldo)
 
Untuk tutorila lengkapnya silahkan liat tutorial vidio di bawah. Nah jadi gak perlu keluar uang kan? heheh semoga bermanfaat

Tuesday, September 1, 2020

Cara Mengatasi Razia Blacklist Pada Corel X7

Cara Mengatasi Razia Blacklist Pada Corel X7

Bagi anda yang mengalami razia atau terblacklist pada coreldraw x7nya berikut tatacara agar corel anda tidak terblacklist..
1. Silahkan anda instal Corel versi preactivated yang saya punya, bisa anda download dalam link ini. "DOWNLOD COREL X7 Preactivated". Namun sebelum menginstal versi ini , jika punya versi x7 yang sudah kena razia blacklist, silahkan unistal dulu hingga bersih, bersihkan registry windows dan sampah windows. anda bisa gunakan tools CCleaner untuk membersihkan PC anda. untuk penginstalan versi preactivated agar lebih sempurna silahkan dalam mode offline / tidak konek internet.

2. Edit File Host pada windows anda dan tambahkan file host Corel berikut ini:
0.0.0.0 apps.corel.com
0.0.0.0 mc.corel.com
0.0.0.0 origin-mc.corel.com
0.0.0.0 iws.corel.com
atau jika tidak ingin ribet silahkan download file host berikut :


Berikut tatacara paste pada komputer anda, silahkan perhatikan tutorial di bawah ini dengan cermat :

1. Pastikan anda telah mendownload host di atas. dan jangan lupa extract dengan winrar.
2. Copy dan Pastekan pada folder berikut ini (jika ada file host lama di backup saja, atau silahkan rename dengan nama lain juga boleh):

C:\Windows\System32\drivers\etc


Pertanyaan :
apakah itu berfungsi atau work?
Jawaban :
Selama ini yang saya gunakan berjalan dengan baik, bahkan PC/ Laptop saya berjalan 24 jam konek internet aman aman saja, tidak terkena blacklist

Pertanyaan : 
apakah ini Legal?
Jawaban :
jelas Versi Crack dan Preactivated adalah versi ILEGAL


Semoga sedikit tutorial ini dapat membantu anda semuanya. terimakasih

Sunday, August 30, 2020

Sejarah Pemeliharaan dan Kodifikasi Hadis

Sejarah Pemeliharaan dan Kodifikasi Hadis


Sejarah Pemeliharaan dan Kodifikasi Hadis


A. Hadis pada Masa Rasul Saw.

Sebagai Nabi dan Rasul Allah, Muhammad Saw., dibekali berbagai keistimewaan, di antaranya adalah mukjizat al-Qur’an serta keluhuran akhlak. Selama bertugas sebagai Nabi dan Rasul, Muhammad Saw. mengajarkan nilai-nilai Islam sebagai dasar pembangunan peradaban Islam yang mulia. Selain itu, sebagai Nabi dan Rasul, Muhammad Saw. adalah sosok sentral, sosok  anutan bagi umat Islam di saat itu dan di kemudian hari. Apa yang Nabi Muhammad Saw. katakan  dalah
perkataan yang bernilai yang dijalankan. Apa yang Nabi Muhammad Saw. lakukan adalah sesuatu
yang baik dan kemudian dicontoh. Dan apa yanag Nabi Muhammad Saw. tetapkan adalah ketetapan
yang baik dan kemudian dipatuhi.
Bahkan dalam suatu hadis disebutkan bahwa akhlak Nabi Muhammad Saw. diidentikkan dengan Al-Qur’an. Di samping itu, Allah telah mengajarkan kepada beliau segala sesuatu yang belum diketahuinya. Oleh karena itu, Nabi Muhammad Saw. telah mencapai puncak keilmuan yang belum pernah dicapai oleh manusia lain sepanjang sejarah.
Metode Rasulullah Saw. dalam menyampaikan ajaran-ajaran Islam adakalanya melalui perkataan (aqwāl), perbuatan (af’āl), maupun ketetapan (taqrīr). Oleh karenanya apa yang dilihat oleh ataupun disaksikan oleh para sahabat baik berupa perkataan, perbuatan maupun taqrīr Nabi merupakan landasan bagi amaliyah sehari-hari mereka. Nabi Muhammad Saw. di mata para sahabatnya adalah idola yang paling sempurna. Rasulullah Saw. merupakan sentral kehidupan keagamaan dan keduniawian.
Pada masa Rasulullah Sawز masih hidup, perhatian para sahabat lebih terkonsentrasikan pada Al-Qur’an. Di antara para sahabat yang pandai menulis ditugasi beliau Saw untuk menulis Al-Qur’an. Penulisan Al-Qur’an pada waktu itu masih sangat sederhana yakni ditulis di atas pelepah kurma, kulit binatang, dan batu-batuan. Sedangkan hadis pada saat itu secara umum tidak tercatat. Namun hadis diterima dengan mengandalkan hapalan para sahabat Nabi, dan hanya sebagian hadis yang ditulis oleh para sahabat Nabi. Hal ini disebabkan, Nabi pernah melarang para sahabat untuk menulis hadis sebagimana hadis berikut:


Artinya: Diriwayatkan dari Abi Sa’d al-Khudri, Sesungguhnya Rasululla Saw. bersabda: Janganlah menulis dariku selain al-Qur’an. Barang siapa yang menulis dariku selain al-Qur’an maka hapuslah (HR. Muslim)

Namun dalam perkembangannya, Nabi juga pernah menyuruh para sahabat untuk menulis hadis, sebagaimana hadis berikut:


Artinya: Dari Rafi’ ibn Khudaij berkata: Aku bertanya kepada Rasulullah bahwa sesungguhnya kami mendengarkan darimu segala sesuatu, kemudian kami menuliskannya. Kemudian Nabi bersabda:”Tulislah dan tidak ada masalah.” (HR. At-Tabarāni)

Sejumlah sahabat Nabi telah menulis hadis Nabi, misalnya Abdullah bin 'Amr bin as-'As (w.65 H/685 M) dengan catatannya yang diberi nama al-Ṣādiqah, Abdullah bin 'Abbas (w. 68 H/687 M), 'Ali bin Abi Ṭālib (w. 40 H/661 M), Sumrah (Samurah) bin Jundab (w . 60 H), Jabir bin 'Abdullah (w. 78H/697 M), dan 'Abdullah bin Abi Auf (w.86 H). Walaupun demikian tidaklah berarti bahwa seluruh hadis telah terhimpun dalam catatan para sahabat tersebut. Catatan-catatan hadis tersebut di samping sebagai dokumen bahwa pada masa Nabi telah terjadi aktivitas penulisan hadis juga dapat digunakan sebagai sarana periwayatan hadis secara tertulis. Meskipun jarang, periwayatan hadis secara tertulis pada masa ini juga pernah dilakukan.
Menurut Said Agil Husain al-Munawar, penulisan hadis bersifat pribadi dan untuk kepentingan pribadi. Dengan demikian, hadis-hadis yang ada pada para sahabat, yang kemudian diterima oleh para tabi'in memungkinkan ditemukan adanya redaksi yang berbada-beda. Sebab, ada yang meriwayatkannya sesuai atau sama benar dengan lafad yang diterima dari Nabi (yang disebut dengan periwayatan bi al-lafz ̣ī, dan ada yang hanya sesuai makna atau maksudnya saja (yang disebut dengan periwayatan bi al-ma'nā), sedang redaksinya tidak sama.
Dengan demikian, hadis Nabi yang berkembang pada zaman Nabi (sumber aslinya), lebih banyak berlangsung secara hapalan ketimbang secara tulisan. Penyebabnya adalah Nabi sendiri melarang para sahabat untuk menulis hadisnya, di samping orang-orang Arab sangat kuat hafalannya dan suka menghafal, dan ada kehawatiran bercampur dengan al-Qur'an. Dengan kenyataan ini, sangat logis sekali bahwa tidak seluruh hadis Nabi terdokumentasi pada zaman Nabi secara keseluruhan.

Metode Penyampaian Hadis Pada Masa Rasulullah Saw.

Perhatian para sahabat Rasul Saw. yang begitu besar terhadap al-Qur’an, tidak membuat mereka surut dalam memperhatikan keberadaan hadis. Karena kecintaan mereka terhadap al-Qur’an sama besar dengan kecintaan terhadap Rasulullah, maka merekapun berlomba-lomba melestarikan hadis Nabi. Berikut beberapa metode penyampaian hadis yang disampaikan oleh Rasulullah Saw.
kepada para sahabatnya:


1. Melalui majelis ilmu atau pengajian-pengajian.

Para sahabat selalu mendatangi pengajian-pengajian yang disampaikan oleh Rasulullah Saw. Rasulullah Saw. selalu menyediakan waktu bagi para sahabat untuk menyampaikan berbagai ajaran agama Islam. Para sahabatpun selalu berusaha mengikuti berbagai majelis yang di situ disampaikan berbagai pesan-pesan keagamaan walaupun mereka mengikuti secara bergiliran. Jika ada sahabat yang tidak bisa hadir maka disampaikan oleh sahabat-sahabat yang hadir.
Melalui cara ini, para sahabat mendapatkan peluang yang besar untuk menyerap sebanyak mungkin informasi dari Nabi Muhammad Saw. Para sahabat memiliki semangat yang tinggi dan sangat haus akan fatwa-fatwa dari Nabi Muhammad Saw.
Mereka selalu meluangkan waktu untuk hadir ke majelis ilmu Rasulullah. Bahkan sebagian sahabat ada yang rela melakukan perjalanan yang sangat jauh untuk meminta solusi atas permasalahan yang mereka hadapi kepada Nabi Muhammad Saw.
Di antara sahabat ada yang secara sengaja membagi tugas untuk mendapatkan informasi yang berasal dari Nabi Muhammad Saw.. 'Umar bin al-Khat ̣t ̣āb misalnya, membagi tugas dengan tetangganya untuk mendapatkan hadis dari Nabi Muhammad Saw. Apabila tetangganya pada suatu saat menemui Nabi, Umar ra. pada keesokan harinya demikian seterusnya. Pihak yang bertugas menemui Nabi dan memperoleh berita dari Nabi, mereka segera menyampaikan berita tersebut kepada yang tidak bertugas. Pada saat demikian terjadi periwayatan hadis oleh sahabat dari sahabat yang lain. Hadis tidak semata-mata diriwayatkan dari Nabi, tetapi sebagian diriwayatkan oleh sahabat dari sahabat yang lain.

2. Peristiwa yang dialami Rasulullah Saw. sendiri.

Dalam hal ini rasul menyampaikan hadis berkatian dengan peristiwa yang dialaminya sendiri. Secara kebetulan sahabat yang menyertai rasul bisa menyampaikan kepada yang lain.

3. Sahabat bertanya.

Di antara para sahabat ada mengalami berbagai persoalan kemudian mereka menanyakan langsung kepada Rasulullah Saw. tentang bagaimana hukumnya terhadap persoalan tersebut. Kemudian Rasulullah Saw. segera memberikan fatwa atau penjelasan hukum tentang peristiwa tersebut. Kasus yang dialami sahabat apakah kasus yang terjadi pada diri sahabat itu sendiri maupun terjadi pada sahabat yang lain. Singkatnya, jika di antara para sahabat mengalami suatu masalah, para sahabat tidak merasa malu untuk datang secara langsung menanyakan kepada Rasulullah. Jika ada sahabat yang malu bertanya langsung kepada Rasulullah, maka sahabat tersebut mengutus sahabat lainnya untuk bertanya kepada Rasulullah.


4. Sahabat menyaksikan langsung.

Kadang-kadang ada juga sahabat yang melihat secara langsung Rasulullah Saw. melakukan satu-satu perbuatan, hal ini berkaitan dengan ibadah seperti shalat, zakat, puasa, dan ibadah haji serta ibadah-ibadah lainnya. Para sahabat yang menyaksikan hal tersebut segera menyampaikan untuk sahabat yang lain atau generasi sesudahnya, diantaranya yaitu peristiwa yang terjadi antara Rasulullah dengan malaikat Jibril mengenai masalah iman, Islam, ihsan dan tanda-tanda hari kiamat


5. Ceramah atau pidato di tempat umum.

Melalui ceramah atau pidato di tempat yang terbuka sebagaimana ketika khutbah pada Haji Wada’. Pada saat menunaikan haji pada tahun 10 H (631 M) Nabi menyampaikan khutbah yang sangat bersejarah di hadapan ribuan kaum muslimin yang menunaikan ibadah haji. Isi khutbah beliau banyak terkait dengan bidang mu’amalah, siyasah, jinayah, dan hak asasi manusia.

Perbedaan Tingkat Penerimaan Hadis di Kalangan Sahabat

Para sahabat memiliki dedikasi dan loyalitas yang tinggi untuk menyampaikan sebanyak mungkin apa yang telah diajarkan oleh Nabi. Situasi dan latar belakang sosio-historis mereka masing-masing menunjukkan keragaman tingkat penerimaan hadis mereka. Sebagian ada yang tinggal di kota, sebagian lagi ada yang di kampung. Jarak mempengaruhi frekuensi pertemuan mereka dengan Nabi, sehingga juga berdampak pada banyak sedikitnya hadis yang mereka dapatkan.
Pada periode ini, terjadi perbedaan tingkat penerimaan hadis di kalangan sahabat. Sahabat satu dengan yang lain tidak sama dalam hal perolehan dan penguasaan terhadap hadis Nabi Saw. Di antara mereka ada yang memiliki banyak hadis sedang yang lain hanya sedikit. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor antara lain:
Perbedaan frekuensi kebersamaan dengan Rasulullah Saw. Perbedaan tingkat kemampuan tulis-menulis dan kecerdasan yang dimiliki oleh masing-masing sahabat.
Perbedaan waktu masuk Islam. Ada yang masuk Islamnya lebih awal, ada pula yang belakangan. Para sahabat yang tergolong banyak menerima hadis dari Rasulullah terdapat beberapa kelompok, di antaranya: pertama, mereka yang pertama kali masuk Islam atau yang dikenal dengan as-Sābiqūn al-Awwalūn, seperti al-Khulafā’ ar-Rāsyidūn, yaitu Abū Bakar as ̣-Ṣiddīq, ‘Umar bin Khat ̣t ̣āb, ‘Usmān bin Affān, dan ‘Alī bin Abī Ṭālib serta 'Abdullah bin Mas’ūd (w. 32 H).
Kedua, mereka yang senantiasa berada di samping Rasul dan bersungguh-sungguh menghafal hadis, seperti, Abū Hurairah (w. 59 H), atau mereka mencatatnya, seperti, ‘Abdullah bin ‘Amr bin as ̣-‘As ra. Ketiga, mereka memiliki usia panjang, seperti Anas bin Malik ra. (w. 93 H/711 M) dan Abdullah bin Abbas ra. (w. 69 H/689 M); dan keempat, mereka yang secara pribadi erat hubungannya dengan Nabi Saw. seperti, ‘Aisyah (w. 58 H/678 M) dan Ummu Salamah (w. 59 H).

Tuesday, August 18, 2020

Medar Carita Pantun

Medar Carita Pantun


Carita pantun atawa lalakon pantun nyaéta carita rékaan anu dilalakonkeun ku juru pantun dina pagelaran ruatan (ritual) anu disebut mantun. Mantun biasa dipirig ku kacapi sarta biasana dihaleuangkeun. Carita pantun biasana dipagelarkeun sapeuting jeput nepi ka tutug téh dimimitian ti bada isa. Ukuran carita pantun umumna paranjang. Malah aya lalakon nu kakara tamat ku tilu peuting, saperti lalakon Badak Pamalang. Dumasar kana médiana, carita pantun gelar dina lisan, sarta ngandung hal-hal anu méré kesan pamohalan.
Carita pantun téh kaasup sastra lisan. Turun tumurunna jeung sumebarna tatalépa ku cara lisan.
Munasabah upama dina kamekaranana timbul sababaraha versi. Aya pantun Bogor, aya pantun Priangan, jeung pantun Baduy.
Upama nilik kana eusina, carita pantun téh umumna ngabogaan pola nu sarua, nyaéta ngalalakonkeun lalampahan raja-raja atawa satria teureuh Prabu Siliwangi, Raja Pajajaran, anu keur ngalegaan nagara anyar, atawa néangan pijodoeun. Ari pola jalan carita pantun umumna téh kieu:
Satria ngalalana, upamana baé lantaran néangan putri pipraméswarieun. Sapanjang ngalalana, loba kajadian anu karandapan, saperti peperangan jeung musuh. Ahirna satria Pajajaran téh unggul perangna, tuluy ngadahup ka putri, sarta ngadeg raja.
Nilik kana alur caritana, aya dua golongan, nyaéta galur leunjeuran jeung galur simpay. Galur leunjeuran nyaéta galur carita nu ngaleunjeur, lempeng. Kapanggihna tina niténan ruruntuyan kajadian dina unggal épisodeuna. Dina pungkasan caritana, anu ngalalakon téh henteu kacatur mulang deui ka nagara asalna. Sabada ngéléhkeun sababaraha nagara téh tuluy tumetep ngaheuyeuk nagara patalukan nu pangahirna. Dina galur simpay, palaku utama téh ahirna bisa mulang deui ka nagara asalna sanggeus ngalalana meunang rupa-rupa dodoja, cocoba, sarta pribadina beuki punjul.
Lalakon pantun nu kaasup golongan galur simpay téh henteu réa. Contona: pantun Ciung Wanara,  utung Kasarung, jeung Mundinglaya di Kusumah. Lalakon pantun anu leunjeuran caritana galur simpay téh, umurna leuwih kahot (batan anu caritana galur leunjeuran)
Upama nilik kana wangunna, carita pantun téh mangrupa wangun ugeran (puisi). Di jerona diwangun ku sababaraha bagian; aya bagian rajah, bagian déskripsi, bagian narasi, dialog jeung monolog jeung rajah panutup/ pamunah.

1. Rajah
Bagian rajah téh biasana sok ditembangkeun ku juru pantun saméméh mangkat carita. Eusi rajah mangrupa sanduk-sanduk ka karuhun lantaran rék ngamimitian mantun. Sanduk-sanduk téh hartina ménta idin, ménta pangraksa jeung pangriksa ti nu ngageugeuh éta lembur sangkan saralamet. Ménta kasalamétan téh lain keur nu dipangmantunkeun baé tapi kaasup nu mantun jeung nu lalajo éta pantun.
Nilik eusina, rajah téh lain mangrupa bagian tina carita. Tapi sanajan kitu, mangrupa bagian penting dina pantun. Rajah mangrupa salah sahiji ciri utama anu ngabédakeun carita pantun jeung seni (sastra) séjénna. Nu matak pantes upama aya nu nyarita, lain carita pantun upama euweuh rajahan.
Rajah téh salilana aya di bagian awal carita pantun. Aya nu panjang, aya nu pondok deuih. Panjang-pondokna rajah jeung béda-bédana rajah henteu gumantung kana carita nu dilalakonkeunana, tapi leuwih gumantung ka juru pantunna. Sanajan caritana béda, upama  ilalakonkeun ku juru pantun anu sarua, bisa jadi rajahna ogé henteu béda.
Conto rajah pamuka dina carita pantun Lutung Kasarung:
Bul kukus mendung ka manggung,
ka manggung neda papayung,
ka déwata neda suka,
ka pohaci neda suci,
kuring rék diajar ngidung,
nya ngidung carita pantun,
ngahudang carita wayang,
nyilokakeun nyukcruk laku,

2. Narasi
Bagian narasi atawa nyaritakeun, ditepikeun dina mangsa juru pantun nyambungkeun hiji kajadian kana kajadian saterusna. Béda jeung rajah katut kajadian déskripsi (papantunan), lebah bagian narasi mah henteu ditembangkeun. Tapi sanajan kitu angger baé dipirig ku kacapi najan ukur digalantangkeun baé ogé.

3. Déskripsi
Bagian déskripsi nyaéta bagian anu ngagambarkeun tingkah paripolah tokoh carita dina hiji kajadian, saperti putri dangdan, léngsér lumpat, satria perang, satria ngapung, hayam diadu jeung sajabana. Salian ti éta, bagian déskripsi téh ngagambarkeun ogé pangrasa haté
saperti sedih, ngangres, ngenes, ambek, hareneg, jeung sajabana; sarta ngagambarkeun kaayaan.
Bagian déskripsi sok dihaleuangkeun ku juru pantun, nu matak sok disebut ogé papantunan. Kaasup bagian nu pikaresepeun, lantaran umumna juru pantun ngagunakeun gaya basa babandingan anu lucu tur karikatural pikeun ngagambarkeun kajadian atawa kaayaanana.

4. Dialog
Bagian dialog atawa paguneman nyaéta paguneman antara parapalakuna. Sakumaha umumna dina karya sastra lianna, dialog téh di antarana pikeun ngagambarkeun watek atawa karakter palaku, ngalancarkeun jalan carita, sarta nepikeun gagasan-gagasan.

5. Monolog
Monolog téh nyarita sorangan atawa nyarita dina jero haté.

6. Rajah Panutup
Contona
Puun Sapuuuun Hyang Prabu Wastu
Pangampura anu diseja
Boh bisi langkung nya saur
Boh bisi bahé nya carék
Kami ngan darma mitutur
Lalakon dilalakonkeun